Kisah dibalik sebuah Pembentukan Karakter

Suatu waktu seorang pengrajin batu berjalan di gunung yang sangat gersang dan melihat seonggok batu dengan warna kusam yang telah diselimuti oleh lumut dan tampak luarnya lapuk. Kemudian dengan sekuat tenaga sang pengrajin tersebut mengayunkan godamnya mengenai batu hingga mendapatkan bongkahan batu sebesar kepala, dan mulai terlihat warna asli dari batu tersebut adalah hijau.
 
Dibawahnya batu itu ke rumahnya, dipotongnya dengan menggunakan gerinda (semacam alat pemotong), hingga percikan api hasil gesekan dengan batu itu sesekali terlihat. Dihaluskannya permukaan yang kasar dari batu tersebut dan dipoles.

Siang dan malam, ia berusaha membuat sebentuk batu penghias cincin, dari warna batu yang kehijauan dan kasar, berangsur-angsur menjadi hijau, mengkilap dan licin. Pengrajin tersebut tahu betul kesempurnaan bentuk sebuah batu penghias cincin, akhirnya tercipta sebuah batu yang bernilai.

Pelajaran dari cerita diatas adalah….

Sebenarnya alam memberikan berbagai pelajaran buat kita. Kita adalah sebongkah batu dalam kondisi lapuk, berlumut dan rapuh, kondisi kita yang tidak mampu melawan cobaan. Pukulan godam, gesekan gerinda, percikan api, polesan amplas adalah gambaran dari cobaan yang datang untuk menempah kita.

Terkadang kita menolak cobaan yang datang, tetapi sebenarnya coabaan tersebut adalah sarana yang datang dari Sang Pencipta untuk membentuk kepribadian kita sehingga bisa terlihat bersinar.

Sekarang mari kita pikirkan, dimana posisi kita? Apakah kita seonggok batu yang tidak berharga? Ataukah kita seonggok batu yang sedang mengalami proses menjadi sebuah batu penghias cincin yang memiliki nilai tinggi itu?.

Kita akan menjadi pribadi yang paripurna hanya jika kita bersedia menerima tempaan demi tempaan yang datang dari Sang Maha Pencipta yaitu Allah SWT.

Istri yang Menyejukkan Hati

istri-penyejuk-hati
Sebaris kisah ini dapat menjadi inspirasi bagi seorang istri yang ingin menjadi perhiasan terindah dunia dan bidadarinya akhirat  yaitu wanita shalihah. Semoga melalui kisah ini dapat menjadi inspirasi bagi seseorang yang mendambakan keluarga sakinah mawadah wa rahmah yang diridhai oleh Allah  ‘Azza wa jalla

Ia menceritakan pengalamannya:

“Ketika aku menikahi Zainab binti Hudair aku berkata dalam hati: Aku telah menikah dengan seorang wanita Arab yang paling keras dan paling kaku tabiatnya. Aku teringat tabiat wanita-wanita bani Tamim dan kerasnya hati mereka. Aku berkeinginan untuk menceraikannya. Kemudian aku berkata (dalam hati): “Aku pergauli dulu (yaitu menikah dan berhubungan dengannya), jika aku dapati apa yang aku suka, aku tahan ia. Dan jika tidak, aku ceraikan ia.”

Kemudian datanglah wanita-wanita bani Tamim mengantarkannya. Dan setelah ditempatkan dalam rumah, aku berkata, “Wahai fulanah, sesungguhnya menurut sunnah apabila seorang wanita masuk menemui suaminya hendaklah si suami shalat dua rakaat dan si istri juga shalat dua rakaat.”
Akupun bangkit mengerjakan shalat kemudian aku menoleh ke belakang ternyata ia ikut shalat di belakangku. Seusai shalat para budak-budak wanita pengiringnya datang dan mengambil pakaianku dan memakaikan padaku pakaian tidur yang telah dicelup dengan za’faran.
Dan tatkala rumah sudah kosong, aku mendekatinya dan aku ulurkan tanganku kepadanya. Ia berkata, “Tahan dulu (sabar dulu).”

Aku berkata dalam hati, “Satu malapetaka telah menimpa diriku.” (yakni musibah telah menimpa dirinya)
Lalu ia memuji Allah kemudian memanjatkan shalawat atas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Aku adalah seorang wanita Arab. Demi Allah, aku tidak pernah melangkah kecuali kepada perkara yang diridhai Allah. Dan engkau adalah lelaki asing, aku tidak mengenali perilakumu (yakni aku belum mengenal tabiatmu).

Beritahulah kepadaku apa saja yang engkau suka hingga aku akan melakukannya dan apa saja yang engkau benci hingga aku bisa menghindarinya.”
Aku berkata kepadanya, “Aku suka begini dan begini (Syuraih menyebutkan satu persatu perkataan, perbuatan, makanan dan segala sesuatu yang disukainya) dan aku benci begini dan begini (Syuraih menyebutkan semua perkara yang ia benci).”

Ia berkata lagi, “Beritahukan kepadaku siapa saja anggota keluargaku yang engkau suka bila ia mengunjungimu?”
Aku (Syuraih) berkata, “Aku adalah seorang qadhi, aku tidak suka mereka (anggota keluargamu) membuatku bosan.”

Maka akupun melewati malam yang paling indah, dan aku tidur tiga malam bersamanya. Kemudian aku keluar menuju majelis qadha’, dan aku tidak melewati satu hari melainkan hari itu lebih baik daripada hari sebelumnya.

Tibalah waktu kunjungan mertua.
Yaitu genap satu tahun (setelah berumah tangga).
Aku masuk ke dalam rumahku. Aku dapati seorang wanita tua sedang menyuruh dan melarang.
Aku bertanya, “Hai Zainab, siapakah wanita ini?”
Istriku menjawab, “Ia adalah ibuku.”
“Marhaban”, sahutku.

Ia (ibu mertua) berkata, “Bagaimana keadaanmu hai Abu Umayyah?”
Alhamdulillah baik-baik saja”, jawabku.
“Bagaimana keadaan istrimu?” Tanyanya.
Aku menjawab, “Istri yang paling baik dan teman yang paling cocok. Ia mendidik dengan baik dan membimbing adab dengan baik pula.”

Ia berkata, “Sesungguhnya seorang wanita tidak akan terlihat dalam kondisi yang paling buruk tabiatnya kecuali pada dua keadaan: Apabila sudah punya kedudukan di sisi suaminya dan apabila telah melahirkan anak. Apabila engkau melihat sesuatu yang tak mengenakkan padanya pukul saja. Karena, tidaklah kaum lelaki memperoleh sesuatu yang lebih buruk dalam rumahnya selain wanita warhaa’ (yaitu wanita yang tidak punya kepandaian dalam melakukan tugasnya).

Syuraih berkata, “Ibu mertuaku datang setiap tahun sekali kemudian ia pergi sesudah bertanya kepadaku tentang apa yang engkau sukai dari kunjungan keluarga istrimu ke rumahmu?”
Aku menjawab pertanyaannya, “Sekehendak mereka!” Yaitu sesuka mereka saja.
Aku hidup bersamanya selama dua puluh tahun, aku tidak pernah sekalipun mencelanya dan aku tidak pernah marah terhadapnya.”
Dikutip dari buku Agar Suami Cemburu Padamu karya Dr. Najla’ As-Sayyid Nayil, penerbit Pustaka At-Tibyan

Artikel www.kisahmuslim.com

♥Jadilah yang setia dalam ketidak sempurnaan♥



Ingatlah,, jika kau mencari kesempurnaan,, maka nihil yang akan kau dapatkan,,,
Jika hidup kita terasa tak indah maka tugas kita adalah membuat hidup kita menjadi indah,,,
Bahagia itu datang dari diri sendiri bukan dari keadaan,,Jadikan bahagia sebagai alasan hidup kita,,,
Cinta Adalah Karunia dari yg Maha Kuasa,, dan kita lah yang akan menjaga&merawat nya,,,
Memberi dan menerima dengan sepenuh hati,, adalah cerminan dari rasa cinta,,,

Kecantikan seorang perempuan akan semakin bersinar ketika ia mengerti arti mengasihi,, dan menyempurnakan hidupnya yang tak sempurna,,,
Sebuah kata sempurna itulah yang selalu di cari oleh manusia,.. dan entah mengapa mereka sangat terobsesi dengan kesempurnaan tanpa batas.. padahal sempurna itu cuman Tuhan yang memiliki.. tak sedikit pula manusia melupakan segaanya hayan untuk kesempurnaan duniawi meningalkan keluarga sampai keimanan di pertaruhkan,.. 

Tapi disisi lain pencarian kesempurnaan itu juga ada baiknya,. dengan mencari kesempurnaan maka manusia itu mempunyai semangat dan tujuan hidup, manusia dengan pencarian kesempurnaan akan lebih memikiki soul.. yang menjadi masaah itu adalah kesempurnaan yang tiada batasan sehingga lebih cendrung pada ke khilafan,, akan terasa indah bila kita dapat mematok ukur batasan kesempurnaan itu sendiri.. jadi lebih baik kita belajar setia dalam ketida sempurnaan yang akan membuat kita lebih nikmat menjalali hidup ini 
Inspirasi Ku:
Tri Yulianto-Keluaga Cilacap

renungan agar bisa membuat kita lebih bersyukur dan memotivasi diri

Allah SWT berfirman dalam QS. Adz-Dzariyyat (51): 21 “dan juga pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan?”

Coba kita sisihkan waktu sejenak untuk bersyukur atas hal-hal baik dalam hidup anda. Renungkan tentang apa yang telah kita capai, orang-orang yang selama ini menyayangi dan memperhatikan kita, pengalaman yang telah kita dapatkan, keahlian dan minat yang kita miliki, apa yang kita yakini, dan hal-hal terindah yang telah terjadi dalam hidup kita.

Seringkali kita menginginkan kehidupan yang sempurna tanpa memahami bahwa kita perlu untuk merubah diri sendiri, membuat apa yang kita miliki lebih bernilai dan berguna menjadi bekal untuk menjalani perantauan yang panjang dalam perjalanan menuju kampung abadi nanti.


Jika kamu merasa pekerjaan anda sangatlah berat, bagaimana dengan dia??





Bila Anda merasa gaji anda sangat sedikit, bagaimana dengan anak yg malang ini??

 



Jika Kamu merasa belajar adalah sebuah beban, contohlah semangat dia..





Jika kamu sempat merasa putus asa, ingatlah orang ini!

 



Pantaskah kita mengeluh tentang makanan disaat ia sedang membayangkan makan happy meal??





Jika Kamu merasa hidup Kamu sangat menderita, apakah Kamu juga merasakan penderitaan seperti orang ini??





Jika Kamu merasa hidup Kamu tidak adil, bagaimana dengan dia??





Di saat kita kecil dimanja dan di sayang, manjakah mereka??





Tidakah merasa bersalah kita masih selalu tidak mendengarkan bahkan melawan ibu kita?




Pahamkah kita dengan potensi yang kita miliki? Apakah kita sudah membuka bungkusan potensi yang Allah hadiahkan khusus untuk kita dan memolesnya untuk kehidupan yang lebih baik dan bermanfaat? ataukah mungkin sebaliknya untuk kehidupan yang lebih buruk dan mudharat?

Terkadang kesadaran akan potensi diri sering terlambat muncul sementara usia serta kondisi sudah tdk sesuai dan tidak memadai lagi. Untuk unjuk kemampuan hingga diakui prestasinya hingga dihargai terkadang butuh waktu sebentar, tetapi persiapan untuk itu bisa sangat lama.

Bagaimana mungkin kita mendapatkan hal-hal yang lebih besar bila kita tidak mensyukuri atas yang kita telah miliki sekarang? Semuanya hanya bisa dimulai dengan apa yang kita telah miliki sekarang dan mensyukurinya... coba tengok diri kita, lihat keluarga kita, lihat tetangga kita, lihat teman-teman kita, lihat saudara-saudara kita apakah mereka menyayangi kita dan coba kita lihat lebih jauh lagi bagaimana kebesaranNya dan kekuasaanNya....

Allah berfirman dalam QS Al-Baqarah: 152 “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)Ku”. Dan dalam QS Az-Zumar: 66, “Karena itu, maka hendaklah Allah saja kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur”.

Esensi syukur ada pada amaliah perbuatan (tindakan nyata) sehari-hari. Bentuk implementasi dari rasa syukur banyak macamnya bisa ucapan lisan yang bermanfaat seperti berkata hanya yang baik dan benar, zikir, do'a dan da'wah dan ucapan hati seperti iman kepada Allah, malaikat, kitab, rasulnya dan qada dan qadar dilengkapi dengan amaliah perbuatan seperti shalat, puasa, zakat dan haji bila mampu serta segala kebaikan yang dilakukan karena Allah ataupun amaliah hati seperti sabar, ikhlas dan tawakal adalah implementasi syukur.

Sekarang adalah bagaimana kita memahami dan mengembangkan potensi yang kita miliki dan meyakini yang Allah telah anugerahkan pada kita, dengan mengamalkannya sehingga tidak hanya bermanfaat untuk kita tetapi juga buat orang lain. Jika segala karunia Allah SWT yang terbentang luas dimanfaatkan dengan baik untuk kebaikan bersama dengan senantiasa mengacu kepada aturan Allah SWT, Sang Khalik, maka tidak mustahil, Allah SWT akan menurunkan rahmat dan kebaikanNya tidak hanya di hari akhir nanti tetapi juga langsung kita terima tunai di dunia ini.

Ya Allah ampunilah kami mahluk yang jarang bersyukur.....

Jodoh Dan Pilihan





Sahabatku, bertemunya kita dengan seseorang yang kita cintai ada unsur rasa dan ada unsur rasionalitas. Perasaan cocok sering lebih “benar” dibanding pertimbangan "logika". Jika seorang wanita dalam pertemuan pertama dengan seorang lelaki langsung merasa bahwa lelaki itu terasa “sreg” untuk menjadi pendamping hidupnya, meski ia belum mengetahui secara detail siapa identitas si lelaki itu, biasanya faktor perasaan sreg itu akan menjadi faktor dominan dalam mempertimbangkan. Sudah barang tentu ada orang yang tertipu oleh penampilan, yakni langsung tertarik oleh penampilan, padahal sebenarnya penampilan palsu. Sementara itu argumen rasionalitas berdasar data lengkap tentang berbagai segi dari karakteristik lelaki atau perempuan, mungkin dapat memuaskan logika, tetapi mungkin terasa kering, karena pasangan bukan semata masalah logika, tetapi justru lebih merupakan masalah perasaan.

Ada pasangan yang bertemu yang dari segi infrastruktur logis (misalnya keduanya ganteng dan cantik, usia sebaya, rumah tempat tinggalnya bagus, penghasilan mencukupi, kelengkapan hidup lengkap) mestinya bahagia, tetapi pasangan itu justru melewati hari-harinya dengan suasana kering dan membosankan, karena hubunganya lebih bersifat formal dibanding rasa. Perasaan sreg dan cocok akan dapat mendistorsi berbagai kekurangan, sehingga meski mereka hidup dalam kesahajaan, tetapi mereka kaya dengan perasaan, sehingga mereka dapat merasa ramai dalam keberduaan, merasa meriah dalam kesunyian malam, merasa ringan dalam memikul beban, merasa sebentar dalam mengarungi perjalanan panjang. Mereka sudah menikah bahkan melewati usia 40 tahun perkawinan, tetapi serasa masih pengantin baru.

Sahabatku, jodoh memang pilihan kita namun hasil akhirnya adalah ketetapan Allah maka memperbaiki diri dengan meningkatkan kualitas sholat, puasa dan shodaqoh merupakan upaya lahir dan batin meletakkan diri pada titik terendah berserah diri hanya kepada Allah, memohon apa yang terbaik dari sisiNya sekaligus memohon ampun bila ada perbuatan yang tanpa kita sadari bahwa diri kita melakukan kemaksiatan sekecil apapun sehingga Allah menghilangkan segala penghalang dan rintangan kita bertemu dengan jodoh kita yang berkualitas, beriman dan sholeh bukan semata pasangan hidup di dunia namun juga dunia dan akhirat dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Jangan berkecil hati, tetaplah semangat dan optimis bahwa Allah menyegerakan jodoh untuk anda.














Khadijah istri Teladan

Khadijah binti Khuwailid adalah seorang wanita bangsawan Quraisy yang kaya. Dia diberi gelar wanita suci di masa jahiliyah, juga di masa Islam. Banyak pembesar Quraisy berupaya meminangnya, tetapi ia selalu menolak. Ia pedagang yang sering menyuruh orang untuk menjualkan barang dagangannya keluar kota Mekkah.
Ketika mendengar tentang kejujuran Muhammad saw., ia menyuruh pembantunya mendatangi dan meminta Muhammad menjualkan barang dagangannya ke Syam bersama budak lelaki bersama Maisyarah. Nabi Muhammad menerima permohonan itu dan mendapatkan keuntungan besar dalam perjalanan pertama ini.
Setelah mendengar kejujuran dan kebaikan Muhammad, Khadijah tertarik dan meminta kawannya, Nafisah binti Maniyyah, untuk meminangkan Muhammad. Beliau menerima pinangan itu dan terjadilah pernikahan ketika beliau berusia 25 tahun sedangkan Khadijah berusia 40 tahun.
Khadijah sebagai Ummul Mukminin telah menyiapkan rumah tangga yang nyaman bagi Nabi Muhammad saw. Sebelum beliau diangkat menjadi Nabi dan membantunya ketika beliau sering berkhalwat di Gua Hira. Khadijah adalah wanita pertama yang beriman ketika Nabi mengajaknya masuk Islam. Khadijah adalah sebaik-baiknya wanita yang mendukung Rasulullah saw. dalam melaksanakan dakwahnya, baik dengan jiwa, harta, maupun keluarganya. Perikehidupannnya harum semerbak wangi, penuh kebajikan, dan jiwanya sarat dengan kehalusan.
Rasulullah saw. pernha menyatakan dukungan ini dengan sabdanya, “Khadijah beriman kepadaku ketika orang-orang ingkar. Dia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku. Dan dia menolongku dengan hartanya ketika orang-orang tidak memberiku apa-apa. Allah mengaruniai aku anak darinya dan mengharamkan bagku anak dari selainnya.” (Imam Ahmad dalam kitab Musnad-nya)
Khadijah amat setia dan taat kepada suaminya, bergaul dengannya, siap mengorbankan kesenangannya demi kesenangan suaminya, dan membesarkan hati suaminya di kala merasa ketakutan setelah mendapatkan tugas kenabian. Ia gunakan jiwa dan semua hartanya untuk mendukung Rasul dan kaum muslimin. Pantaslah kalau Khadijah dijadikan sebagai istri teladan pendukung risalah dakwah Islam.
Khadijah mendampingi Rasulullah saw. selama seperempat abad. Berbuat baik di saat Rasulullah gelisah. Menolong Rasulullah di waktu-waktu sulit. Membantu Rasulullah dalam menyampaikan risalah dan ikut merasakan penderitaan pahit akibat tekanan dan boikot orang-orang musyrik Quraisy. Khadijah menolong tugas suaminya sebagai Nabi dengan jiwa dan hartanya.
Rasulullah saw. senantiasa menyebut-nyebut kebaikan Khadijah selam hidupnya sehingga membuat Aisyah cemburu. Dengan ketaatan dan pengorbanan yang luar biasa itu, pantaslah jika Allah swt. menyampaikan salam lewat malaikat Jibril kepada Khadijah. Jibril datang kepada Nabi, lalu berkata, “Wahai Rasulullah, ini Khadiah telah datang membawa sebuah wadah berisi kuah, makanan dan minuman, apabila datang kepadamu sampaikan salam dari Tuhannya dan beritahukan kepadanya tentang sebuah rumah di surga, terbuat dari mutiara yang tiada suara gaduh di dalamnya dan tiada kepenatan.” (Bukhari)
Itulah Khadijah, sosok seorang istri yang layak dijadikan teladan bagi wanita-wanita yang mendukung keshalehan dan tugas dakwah suaminya.

Arti Pernikahan



Perkahwinan menyingkap tabir rahsia,
Isteri yang kamu nikahi, Tidaklah semulia Khadijah,
Tidaklah setaqwa Aisyah, Pun tidak setabah Fatimah...

Isterimu hanyalah wanita akhir zaman,
Yang punya cita-cita, Menjadi solehah..

Perkahwinan, mengajarkan makna kewajipan bersama,
Isteri menjadi tanah, Kamu langit penaungnya,
Isteri menjadi ladang tanaman, Kamu pemagarnya,
Isteri ibarat ternakan, Kamu gembalanya,
Isteri adalah murid, Kamu gurunya,
Isteri bagaikan anak kecil, Kamu tempat bermanjanya,

Saat Isteri menjadi madu, Kamu teguklah sepuas-puasnya,
Saat Isteri menjadi racun, Kamulah penawar bisanya,
Seandainya Isteri tulang rusuk yang bengkok,
berhati-hatilah meluruskannya…

Perkahwinan, menyadarkan Kamu perlunya IMAN DAN TAQWA,
Untuk belajar lebih SABAR DAN RIDHA,
Kerana Kamu miliki isteri yang tidak sehebat mana,
Hanyalah wanita akhir zaman,
Yang punya cita-cita, menjadi solehah..

Kamu akan tersentak dari alpa, Kamu bukanlah Rasulullah,
Pun bukanlah Saidina Ali Karamaullahhuwajhah,
Cuma suami akhir zaman,
Yang berusaha menjadi soleh-

..:::RENUNGAN UNTUK SANG ISTRI:::..






Bismillah..
Semoga bisa diambil manfaatnya oleh saudari-saudari muslimahku..

Sore itu,, menunggu kedatangan teman yang akan menjemputku di masjid ini seusai ashar.. seorang akhwat datang, tersenyum dan duduk disampingku, mengucapkan salam, sambil berkenalan dan sampai pula pada pertanyaan itu. “anty sudah menikah?”. “Belum mbak”, jawabku. Kemudian akhwat itu bertanya lagi “kenapa?” hanya bisa ku jawab dengan senyuman.. ingin ku jawab karena masih kuliah, tapi rasanya itu bukan alasan.

“Mbak menunggu siapa?” aku mencoba bertanya. “nunggu suami” jawabnya. Aku melihat kesamping kirinya, sebuah tas laptop dan sebuah tas besar lagi yang tak bisa kutebak apa isinya. Dalam hati bertanya-tanya, dari mana mbak ini? Sepertinya wanita karir. Akhirnya kuberanikan juga untuk bertanya

“Mbak kerja di mana?”, entahlah keyakinan apa yang meyakiniku bahwa mbak ini seorang pekerja, padahal setahu ku, akhwat-akhwat seperti ini kebanyakan hanya mengabdi sebagai ibu rumah tangga.

“Alhamdulillah 2 jam yang lalu saya resmi tidak bekerja lagi” , jawabnya dengan wajah yang aneh menurutku, wajah yang bersinar dengan ketulusan hati.
“Kenapa?” tanyaku lagi.
Dia hanya tersenyum dan menjawab “karena inilah cara satu cara yang bisa membuat saya lebih hormat pada suami” jawabnya tegas.

Aku berfikir sejenak, apa hubungannya? Heran. Lagi-lagi dia hanya tersenyum.

Ukhty, boleh saya cerita sedikit? Dan saya berharap ini bisa menjadi pelajaran berharga buat kita para wanita yang Insya Allah akan didatangi oleh ikhwan yang sangat mencintai akhirat.

“Saya bekerja di kantor, mungkin tak perlu saya sebutkan nama kantornya. Gaji saya 7juta/bulan. Suami saya bekerja sebagai penjual roti bakar di pagi hari, es cendol di siang hari. Kami menikah baru 3 bulan, dan kemarinlah untuk pertama kalinya saya menangis karena merasa durhaka padanya.

Waktu itu jam 7 malam, suami baru menjemput saya dari kantor, hari ini lembur, biasanya sore jam 3 sudah pulang. Saya capek sekali ukhty. Saat itu juga suami masuk angin dan kepalanya pusing. Dan parahnya saya juga lagi pusing . Suami minta diambilkan air minum, tapi saya malah berkata, “abi, umi pusing nih, ambil sendiri lah”.

Pusing membuat saya tertidur hingga lupa sholat isya. Jam 23.30 saya terbangun dan cepat-cepat sholat, Alhamdulillah pusing pun telah hilang. Beranjak dari sajadah, saya melihat suami saya tidur dengan pulasnya. Menuju ke dapur, saya liat semua piring sudah bersih tercuci. Siapa lagi yang bukan mencucinya kalo bukan suami saya? Terlihat lagi semua baju kotor telah di cuci. Astagfirullah, kenapa abi mengerjakan semua ini? Bukankah abi juga pusing tadi malam? Saya segera masuk lagi ke kamar, berharap abi sadar dan mau menjelaskannya, tapi rasanya abi terlalu lelah, hingga tak sadar juga. Rasa iba mulai memenuhi jiwa saya, saya pegang wajah suami saya itu, ya Allah panas sekali pipinya, keningnya, Masya Allah, abi demam, tinggi sekali panasnya. Saya teringat atas perkataan terakhir saya pada suami tadi. Hanya disuruh mengambilkan air minum saja, saya membantahnya. Air mata ini menetes, betapa selama ini saya terlalu sibuk di luar rumah, tidak memperhatikan hak suami saya.”

Subhanallah, aku melihat mbak ini cerita dengan semangatnya, membuat hati ini merinding. Dan kulihat juga ada tetesan air mata yang di usapnya.

“Anty tau berapa gaji suami saya? Sangat berbeda jauh dengan gaji saya. Sekitar 600-700rb/bulan. 10x lipat dari gaji saya. Dan malam itu saya benar-benar merasa durhaka pada suami saya. Dengan gaji yang saya miliki, saya merasa tak perlu meminta nafkah pada suami, meskipun suami selalu memberikan hasil jualannya itu pada saya, dan setiap kali memberikan hasil jualannya , ia selalu berkata “umi,,ini ada titipan rezeki dari Allah. Di ambil ya. Buat keperluan kita. Dan tidak banyak jumlahnya, mudah-mudahan umi ridho”, begitu katanya. Kenapa baru sekarang saya merasakan dalamnya kata-kata itu. Betapa harta ini membuat saya sombong pada nafkah yang diberikan suami saya”, lanjutnya

“Alhamdulillah saya sekarang memutuskan untuk berhenti bekerja, mudah-mudahan dengan jalan ini, saya lebih bisa menghargai nafkah yang diberikan suami. Wanita itu begitu susah menjaga harta, dan karena harta juga wanita sering lupa kodratnya, dan gampang menyepelekan suami.” Lanjutnya lagi, tak memberikan kesempatan bagiku untuk berbicara.

“Beberapa hari yang lalu, saya berkunjung ke rumah orang tua, dan menceritakan niat saya ini. Saya sedih, karena orang tua, dan saudara-saudara saya tidak ada yang mendukung niat saya untuk berhenti berkerja . Malah mereka membanding-bandingkan pekerjaan suami saya dengan orang lain.”

Aku masih terdiam, bisu, mendengar keluh kesahnya. Subhanallah, apa aku bisa seperti dia? Menerima sosok pangeran apa adanya, bahkan rela meninggalkan pekerjaan.

“Kak, kita itu harus memikirkan masa depan. Kita kerja juga untuk anak-anak kita kak. Biaya hidup sekarang ini besar. Begitu banyak orang yang butuh pekerjaan. Nah kakak malah pengen berhenti kerja. Suami kakak pun penghasilannya kurang. Mending kalo suami kakak pengusaha kaya, bolehlah kita santai-santai aja di rumah. Salah kakak juga sih, kalo mau jadi ibu rumah tangga, seharusnya nikah sama yang kaya. Sama dokter muda itu yang berniat melamar kakak duluan sebelum sama yang ini. Tapi kakak lebih milih nikah sama orang yang belum jelas pekerjaannya. Dari 4 orang anak bapak, Cuma suami kakak yang tidak punya penghasilan tetap dan yang paling buat kami kesal, sepertinya suami kakak itu lebih suka hidup seperti ini, ditawarin kerja di bank oleh saudara sendiri yang ingin membantupun tak mau, sampai heran aku, apa maunya suami kakak itu”. Ceritanya kembali, menceritakan ucapan adik perempuannya saat dimintai pendapat.

“anty tau, saya hanya bisa nangis saat itu. Saya menangis bukan Karena apa yang dikatakan adik saya itu benar, bukan karena itu. Tapi saya menangis karena imam saya dipandang rendah olehnya. Bagaimana mungkin dia maremehkan setiap tetes keringat suami saya, padahal dengan tetesan keringat itu, Allah memandangnya mulia. Bagaimana mungkin dia menghina orang yang senantiasa membanguni saya untuk sujud dimalam hari. Bagaimana mungkin dia menghina orang yang dengan kata-kata lembutnya selalu menenangkan hati saya. Bagaimana mungkin dia menghina orang yang berani datang pada orang tua saya untuk melamar saya, padahal saat itu orang tersebut belum mempunyai pekerjaan. Bagaimana mungkin seseorang yang begitu saya muliakan, ternyata begitu rendah di hadapannya hanya karena sebuah pekerjaaan.

Saya memutuskan berhenti bekerja, karena tak ingin melihat orang membanding-bandingkan gaji saya dengan gaji suami saya. Saya memutuskan berhenti bekerja juga untuk menghargai nafkah yang diberikan suami saya. Saya juga memutuskan berhenti bekerja untuk memenuhi hak-hak suami saya. Semoga saya tak lagi membantah perintah suami. Semoga saya juga ridho atas besarnya nafkah itu. Saya bangga ukhti dengan pekerjaan suami saya, sangat bangga, bahkan begitu menghormati pekerjaannya, karena tak semua orang punya keberanian dengan pekerjaan itu. Kebanyakan orang lebih memilih jadi pengangguran dari pada melakukan pekerjaan yang seperti itu.
Tapi lihatlah suami saya, tak ada rasa malu baginya untuk menafkahi istri dengan nafkah yang halal. Itulah yang membuat saya begitu bangga pada suami saya. Semoga jika anty mendapatkan suami seperti saya, anty tak perlu malu untuk menceritakannya pekerjaan suami anty pada orang lain. Bukan masalah pekerjaannya ukhty, tapi masalah halalnya, berkahnya, dan kita memohon pada Allah, semoga Allah menjauhkan suami kita dari rizki yang haram”. Ucapnya terakhir, sambil tersenyum manis padaku. Mengambil tas laptopnya, bergegas ingin meninggalkannku. Kulihat dari kejauhan seorang ikhwan dengan menggunakan sepeda motor butut mendekat ke arah kami, wajahnya ditutupi kaca helm, meskipun tak ada niatku menatap mukanya. Sambil mengucapkan salam, meninggalkannku. Wajah itu tenang sekali, wajah seorang istri yang begitu ridho.

Ya Allah….

Sekarang giliran aku yang menangis. Hari ini aku dapat pelajaran paling baik dalam hidupku.

Pelajaran yang membuatku menghapus sosok pangeran kaya yang ada dalam benakku..

Subhanallah..

Semoga pekerjaan, harta tak pernah menghalangimu untuk Berbakti kepada Suamiku dan menjadi Istri yang soleha untuk suamiku..
Ditulis oleh Fitri Kurnia Handayani

Sumber:
http://ayumie-11.blogspot.com/2012/02/renungan-untuk-sang-istri.html

Untukmu Wahai Anak-Anakku

Selasa, 01 Oktober 2013 , 07:30:22
Oleh : Ustadz Ferry Nasution
Wahai anak-anakku
Siang malam sepanjang umurku
aku korbankan untukmu agar engkau berbahagia
Wahai anakku
Tampak pada wajah kedua orangtuamu keletihan, penderitaan yang sangat serta hatinya menjadi gundah apabila melihat dirimu sakit dan wajahmu pucat dengan sebab sesuatu yang terjadi pada dirimu atau sakit yang menimpamu
Wahai anakku tercinta
Itulah sebuah kalimat yang sering diulang-ulang oleh kedua orangtua kepada kita.
Wahai seorang anak

Ingatlah selalu jasa kedua orangtuamu yang sangat besar dalam kehidupanmu dari mulai dirimu berada dalam kandungan ibumu, kemudian disaat engkau menjadi bayi dan setelah itu engkau menjadi seorang remaja sehingga engkau menjadi dewasa saat ini
Wahai anakku

Sekarang tiba saatnya kedua orangtuamu sangat membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari dirimu
Sabarlah dirimu untuk merawatnya
Sebagaimana mereka sabar dalam merawat dirimu
Diantara fenomena yang ada saat ini,

Engkau hanya sibuk mengurusi istrimu, anak-anakmu sehingga engkau mengabaikan kedua orangtuamu,engkau jadikan kedua orangtuamu sesuatu yang tidak berharga disisimu
Sungguh perbuatanmu ini akan merugikan dirimu dunia dan akhirat!

Dan jangan engkau termasuk kedalam hadits berikut ini;
Dalam hadits yang cukup panjang, yang mana malaikat jibril datang menemui Rasulullah صلى الله عليه وسلم...yaitu Nabi mengatakan;

Ketika aku menaiki anak tangga mimbar ketiga, ia berkata: 
“Celakalah orang yang kedua orangtuanya mencapai usia tua (yang masih hidup) berada di sisinya, atau salah satu dari keduanya masih hidup 
lalu tidak memasukkannya ke dalam surga”.
Maka aku jawab: “Amin”.

sumber:

PERHIASAN TERINDAH ADALAH ISTRI SOLEHAH

Siapapun suami didunia ini pasti selalu mendambakan istri yang sholehah, namun seperti apakah istri yang sholehah itu. 
Sesuai sabda Nabi Muhammad SAW ciri istri yang sholehah

adalah: “Apabila diperintah ia taat, apabila dipandang menyenangkan hati suaminya, dan apabila suaminya tidak ada dirumah, ia menjaga diri dan harta suaminya.” (HR.Ahmad dan An-Nasa’i, di Hasan- kan oleh Albani dalam Irwa’ no.1786)

Mempunyai istri sholehah merupakan kebahagiaan yang tidak terungkapkan, dan istri yang sholehah adalah perhiasan yang terindah sebagaimana sabda nabi:
“Dunia adalah perhiasan (kesenangan) dan sebaik- baik perhiasan (kesenangan) dunia adalah wanita (istri) shalihah.” (HR.Muslim dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash) 

Seorang istri yang baik akan berusaha untuk melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Walaupun terkadang timbul perasaan malas atau berat untuk melaksanakan sesuatu yang
menjadi kewajibannya, tetapi hendaknya diingat bahwa keridhaan suami lebih diutamakan diatas perasaannya.  

Lihatlah apa yang dikatakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam ketika Aisyah Radhiyallahu ‘anha bertanya: “Siapa diantara manusia yang paling besar haknya atas (seorang) istri?”
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam menjawab, “Suaminya.. “ (HR. Hakim dan Al- Bazzar)

Dengan taat kepada suami dan tentunya dengan menjalankan kewajiban agama lainnya, dapat mengantarkan istri kepada surga-Nya. Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam telah bersabda sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan di shahihkan oleh Al-Albani:

“Bila seorang wanita telah mengerjakan shalat lima waktu dan berpuasa pada bulan Ramadhan dan
memelihara kemaluannya serta taat kepada suaminya, maka kelak dikatakan kepadanya: “masuklah dari pintu surga mana saja yang engkau inginkan.”

Kemudian hendaklah istri mengingat akan besarnya hak suami atas dirinya, sampai- sampai seandainya dibolehkan sujud kepada selain Allah maka istri diperintahkan untuk sujud kepada suaminya. 

Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam:
“Andaikan saja dibolehkan seseorang bersujud kepada orang lain, niscaya aku perintahkan istri untuk sujud kepada suaminya.” (HR. Tirmidzi: Hasan Shahih)

Terlalu banyak peluang bagi seorang istri untuk beribadah kepada Allah dalam rumah tangganya dan terlalu mudah dalam memperoleh pahala dalam kehidupan suami istri. Namun sebaliknya terlalu
mudah pula seorang istri terjerumus kepada dosa besar kalau melanggar ketentuan yang telah Allah gariskan. Yang perlu diingat oleh istri ialah agar berupaya mengikhlaskan niat hanya untuk Allah dalam melaksanakan kewajibannya sepanjang waktu..

Apabila diperintah oleh suaminya, istri diwajibkan untuk mentaati. Dan apabila suaminya tidak ada dirumah, istri harus pandai menjaga dirinya dan kehormatannya serta menjaga amanah harta suaminya. Istri yang demikian ini akan dijaga oleh Allah 
sebagaimana Firman-Nya: “ ..maka wanita yang shalihah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena itu Allah telah memelihara (mereka).” (An-Nisa’: 34)

Adapun kriteria pertama dan ciri-ciri shalihah; Imam As-Sindi mengatakan dalam bukunya Khasyiah Sunan Nasai juz 6 hal 377:

“Menyenangkan bila dipandang itu artinya indahnya penampilan secara dzahir serta akhlaq yang
mulia. Juga terus menerus menyibukkan diri dalam taat dan bertaqwa kepada Allah.”

Banyak hal yang dapat menyenangkan hati suami, diantaranya: penampilan diri agar enak dipandang, dan berbicara dengan menggunakan tutur yang menyenangkan serta dalam hal pengaturan rumah mampu menciptakan suasana bersih dan nyaman.Pertanyaan yang harus kita jawab kalu sebagai suami”Apakah istri kita sudah menjadi istri yang sholehah? 

Kalau sebagai Istri” Apakah anda sudah menjadi istri yang sholehah bagi suami anda? Coba kita renungkan dan hayati pertanyaan ini , dan semoga bermanfaat.

Untukmu Wahai Para Istri

Selasa, 08 Oktober 2013 , 20:00:59
Oleh : Ustadz Ferry Nasution
 
Wahai para istri, perhatikan beberapa kalimat dibawah ini:
1. Apakah menyulitkanmu jika dirimu menemui suamimu ketika dia masuk ke rumahmu, engkau menyambutnya dengan wajah yang ceria, manis dan penuh senyuman?!
Wahai para istri,
2. Berhiaslah untuk suamimu dan raihlah pahala disisi ALLAH Ta'ala. Ingat! ALLAH itu indah dan menyukai keindahan, gunakanlah wangi-wangian untuknya!
Bercelaklah!
Berpakaianlah yang terindah dengan busana yang bagus yang kau miliki untuk menyambut kedatangan suamimu.
Ingatlah para istri!
Janganlah sekali-kali engkau bermuka masam dan cemberut dihadapannya.
3. Jadilah engkau wahai istri yang selalu memiliki sifat lapang dada, tenang, bersahaja, ramah dan senantiasa mengingat ALLAH di dalam segala keadaan.
4. Didiklah buah hatimu dengan baik dengan penuh kelembutan dan kasih sayang, penuhilah rumahmu dengan, tasbih, takbir, tahmid dan tahlil serta perbanyaklah membaca Al Qur'an, khususnya surah Al Baqarah, karena surat tersebut dapat mengusir syaithan.
5.Bangunkanlah suamimu untuk mengerjakan shalat malam, anjurkan dia untuk berpuasa sunnah dan ingatkan kembali dia tentang keutamaan berinfaq serta janganlah engkau melarangnya untuk berbuat baik kepada orang tuanya.
6. Perbanyaklah istighfar untuk dirimu, suamimu, orangtuamu dan semua kaum muslimin dan berdo'alah selalu agar diberikan keturunan yang shaleh dan shalehah agar dirimu memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. 
Semoga memberikan manfaat serta dapat diamalkan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Rujukan: kitab keluarga sakinah oleh Ustadz Yazid Jawas, dengan beberapa tambahan.

Sumber: