Suatu
waktu seorang pengrajin batu berjalan di gunung yang sangat gersang dan
melihat seonggok batu dengan warna kusam yang telah diselimuti oleh
lumut dan tampak luarnya lapuk. Kemudian dengan sekuat tenaga sang
pengrajin tersebut mengayunkan godamnya mengenai batu hingga mendapatkan
bongkahan batu sebesar kepala, dan mulai terlihat warna asli dari batu
tersebut adalah hijau.
Dibawahnya batu itu ke rumahnya, dipotongnya dengan menggunakan gerinda (semacam alat pemotong),
hingga percikan api hasil gesekan dengan batu itu sesekali terlihat.
Dihaluskannya permukaan yang kasar dari batu tersebut dan dipoles.
Siang
dan malam, ia berusaha membuat sebentuk batu penghias cincin, dari
warna batu yang kehijauan dan kasar, berangsur-angsur menjadi hijau,
mengkilap dan licin. Pengrajin tersebut tahu betul kesempurnaan bentuk
sebuah batu penghias cincin, akhirnya tercipta sebuah batu yang
bernilai.
Pelajaran dari cerita diatas adalah….
Sebenarnya
alam memberikan berbagai pelajaran buat kita. Kita adalah sebongkah
batu dalam kondisi lapuk, berlumut dan rapuh, kondisi kita yang tidak
mampu melawan cobaan. Pukulan godam, gesekan gerinda, percikan api,
polesan amplas adalah gambaran dari cobaan yang datang untuk menempah
kita.
Terkadang
kita menolak cobaan yang datang, tetapi sebenarnya coabaan tersebut
adalah sarana yang datang dari Sang Pencipta untuk membentuk kepribadian
kita sehingga bisa terlihat bersinar.
Sekarang
mari kita pikirkan, dimana posisi kita? Apakah kita seonggok batu yang
tidak berharga? Ataukah kita seonggok batu yang sedang mengalami proses
menjadi sebuah batu penghias cincin yang memiliki nilai tinggi itu?.
Kita
akan menjadi pribadi yang paripurna hanya jika kita bersedia menerima
tempaan demi tempaan yang datang dari Sang Maha Pencipta yaitu Allah
SWT.